Jumat, 20 Januari 2012

Motivasi pemilhan karier


Dalam perkembangan sosio emosional remaja, terdapat suatu bahasan menarik mengenai remaja dalam pemahaman pekerjaan dan juga dalam penentuan pemilihan karir pekerjaan. Dalam keadaan yang normal, seseorang dapat memilih suatu pekerjaan yang disenanginya. Dalam hal ini subjektifitas orang akan nampak. Pada anak-anak dan remaja unsur subjektifnya tadi masih sangat menguasai sehingga pilihannya tadi tidak bisa terlalu realistis. Misalnya anak kecil ingin menjadi sopir bis karena atas dasar pengalamannya yang masih terbatas, dirasa begitu menarik untuk duduk di belakang stir kendaraan yang begitu besar. Pilihan pekerjaan yang sungguh-sungguh bukanlah suatu tindakan sesaat saja, melainkan merupakan hasil suatu proses pemikiran dan pengalaman tertentu, walaupun hasilnya nanti mungkin juga dapat bersifat sementara lagi.
Dalam kenyataannya seorang remaja ketika menentukan pilihan karir, seringkali tidak dilakukannya sendiri. Berk (1993) menyatakan bahwa penentuan dan pemilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagaa faktor diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi pemilihan karir pekerjaan pada remaja.
Orang Tua
Orang tua ikut berperan dalam menentukan arah pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan keprofesionalan pada anak yang menjalaninya. Karena hal ini berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan, masa depan anaknya agar terarah dengan baik, maka sekalipun orang tua turut ikut campur agar anaknya memilih program studi yang mampu menjamin kehidupan karirnya.
Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini tentu akan terjamin masa depannya.
Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh anaknya, kalau tidak disertai oleh minat bakat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak yang bersangkutan, hal inilah yang perlu diperhatikan.
Teman (Peer Group)
Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan pergaulan dalam kelompok remaja cukup memberi pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Bila remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat bakata atau kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan, maka kemungkinan akan mengalami kegagalan.
Peran Jenis Gender
Stereotype masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan. Seorang perempuan mungkin akan mengambil karir yang kiranya dapat dijalaninya, tanpa banyak hambatan dengan peran jenis gendernya nanti di kemudian hari, misalnya sekretaris, dokter anak, psikolog anak, guru atau dosen, penunggu atau penjaga toko dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya seorang laki-laki akan memilih sesuai dengan dirinya misalnya tentara, polisi, hakim, jaksa dan lain sebagainya.
Karakteristik Kepribadian Individu
Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik pribadi yang mempengaruhi pemilihan program studi maupun karir individu, diantaranya bakat minat, kepribadian, dan intelektual. Sudah banyak lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi dengan membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan dalam pengambilan studinya atau merasa tidak cocok dengan minat bakatnya.
Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi serta karir pekerjaan sangat ditentukan karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilhan tersebut.